Memories of Our Fantasy merupakan konser kolaborasi Universitas Sanata Dharma dengan Elisabeth University of Music Japan. Acara ini diselenggarakan oleh Universitas Sanata Dharma di Auditorium Driyarkara selama dua hari, pada tanggal 22-23 Februari 2024. Mengusung tema musim semi di Jepang, Memories of Our Fantasy juga memperkenalkan budaya Jepang serta untuk bernostalgia bersama. Selain itu, acara ini bertujuan untuk untuk penggalangan dana bagi para mahasiswa/i USD yang membutuhkan biaya kuliah maupun menunjang kehidupan.
Tidak hanya menampilkan kebudayaan Jepang, acara ini juga menyediakan beberapa stan yang menjual makanan, minuman, dan aksesoris. Selain itu, terdapat pula jasa sewa yukata dan painting face bagi para pengunjung.
Area acara dibagi menjadi dua, yaitu area first memories dan area second memories. First memories berada di teras auditorium, terdapat berbagai stan makanan dan minuman, pernak-pernik jejepangan, dan stan penjualan tiket konser. Area second memories berada di gedung LPPM, terdapat photobooth bertema garden, face painting, dan sewa yukata.
Pada hari pertama, acara diawali dengan kelas yukata yang berada bertempat di ruang seminar LPPM yang dimulai sekitar pukul 16.00. Mbak Yati sebagai narasumber menjelaskan tata cara memakai yukata dengan benar. Pukul 17.00, sesi “Ngobrolin Jejepangan, Yuk #1” dimulai dan bertempat di depan auditorium. Dipandu oleh master of ceremony (MC), para pengunjung dapat sharing bersama Kak Crisselia Esve dan Kak Echa Scarlett, dua cosplayer asal Yogyakarta. Mereka menceritakan pengalaman menjadi cosplayer dan memberikan beberapa trik untuk percaya diri saat berkompetisi.
Pada hari kedua, 23 Februari 2024, merupakan puncak acara Memories of Our Fantasy. Pukul 14.00, acara diawali dengan open gate dan pembukaan dari MC yang bertempat di teras auditorium. Acara dilanjutkan dengan bincang-bincang mengenai jejepangan di ruang LPPM, costume parade di terasa auditorium, dan penutupan dari acara ditutup oleh MC. Setelah berkegiatan di luar auditorium, tepat pukul 18.11, pintu auditorium dibuka dan seluruh panitia mempersilahkan pengunjung untuk masuk. Pada pukul 19.04, acara dimulai dengan pembukaan dari MC, sambutan Romo Rektor USD, Romo Albertus Bagus Laksana, S.J.,S.S.,Ph.D., dan sambutan kedua dari Romo Fransiskus Purhastanto, S.J. selaku Direktur Universitas Elisabeth of Music Japan. Kemudian konser pun dimulai dengan menampilkan beberapa lagu anime anak-anak dari Jepang yang berlangsung selama 62 menit. Setelah konser selesai, acara dilanjutkan dengan serah terima kenang-kenangan dari USD kepada Elisabeth University of Music Japan, kemudian acara ditutup oleh MC, dan foto bersama para pemain musik dan seluruh panitia acara.
Acara ini menuai respon positif dari panitia, cosplayer, dan penonton yang hadir dalam acara tersebut.
“Yang paling berkesan itu, sebenarnya ini kali pertama aku jadi pembicara di depan banyak orang. Ternyata pesertanya juga antusias buat nanya-nanya, jadi aku seneng banget bisa berkesempatan buat ngasih ilmu aku ke temen-temen yang udah nonton tadi, dan ini acaranya cukup santai flow-nya, jadi nggak yang buru-buru,” ucap Crisselia Esve sebagai cosplayer dan narasumber.
“Nah ini adalah sebuah prototipe dari karyanya salah satu dosen muda kita, jadi ini patut sangat diapresiasi. Ini adalah sebuah prototype prototipe production house production house dari Sanata Dharma, ini nggak Cuma cuma sekedar kolaborasi, tapi ini juga sebuah budaya yang harus dikembangkan, ya. Ini bukan sekedar acara yang tiap tahun harus dilakukan, enggak. Tapi ini ada esensinya, esensinya adalah kebudayaan, kita menghargai kebudayaan yang ada di sekitar kita gitu,” ucap salah satu panitia acara. “Yang menarik ternyata yang nggak (tidak) aku expect adalah kolaborasi dengan ee universitas dari Jepang, yang Elisabeth University of Music, itu (Elisabeth University of Music Japan). Sehingga memberikan kesan yang ekspektasi lebih terhadap penampilan pada hari ini dan ternyata mereka dapat menampilkan penampilan yang spektakuler,” ucap Redeemptus Gemma Antero salah satu penonton.
Redaktur: Adela Helga dan Benedicta Fayola
Editor : Helena Setiasari