Teater Seriboe Djendela (TSD) kembali hadir dengan tema “Perempuan dan Feminisme” sebagai awal kelahiran tradisi pentas besar teater yang sudah hiatus 5 tahun semenjak pandemi. Pada tahun ini, TSD mengangkat judul “Pertunjukan Dunia Kisah Kesempatan”. Acara ini berlangsung sebagai ucapan syukur atas 25 tahun berdirinya TSD di lingkup Universitas Sanata Dharma (USD).
Di tahun ini TSD hadir dengan rangkaian acara yang dimulai dengan open gate sejak pukul 16.00–17.00 WIB. Acara dimulai pada pukul 17.35 WIB dengan pembukaan MC, Olive dan Wisnu, dilanjutkan dengan doa sesuai kepercayaan masing-masing. Kemudian ada sambutan dari Pembina TSD (Pakde), Pak Lurah (Donisius Vito), Pimpinan Produksi atau Pimpro (Kenar Kanayana), dan Sutradara (Scholastika Putri Aliya Sekar) yang mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh panitia yang sudah berkontribusi pada teater kali ini.
Baca juga: Merindu Bersama dalam Sastra Spotlight Vol.4
Semua penonton diwajibkan mengenakan pakaian berwarna putih yang mempunyai makna tersendiri, yakni ‘jiwa yang disucikan’. Selain itu, MC juga memaparkan aturan yang berlaku dalam pentas teater ini agar tidak mengganggu kenyamanan penonton, seperti dilarang membawa alkohol, merokok pada tempatnya, dilarang membuat kerusuhan, dilarang membawa cemilan dari luar, membuang sampah pada tempatnya, dan juga dilarang membawa senjata tajam.
Perempuan dan feminisme menjadi isu yang menarik pada saat ini. Sebagian orang percaya bahwa saat ini kita tidak lagi membutuhkan feminisme, tetapi perspektif ini bertolak belakang dengan keadaan yang dihadapi pada saat ini. Sejauh ini, perempuan telah berjuang untuk kesetaraan dan melawan penindasan selama berabad-abad. Meskipun beberapa pertempuran telah dimenangkan, seperti diperolehnya hak untuk memilih dan segala akses yang sama dalam kehidupan, tetapi dalam kehidupan masih juga ditemukan segala intimidasi dan kekerasan yang dihadapi oleh kaum perempuan. Manusia selalu takut menunggu akhir dari seluruh waktu yang mereka tunggu hingga memberikan perubahan sifat egois. Waktu luka bumi adalah tempat di mana kesempatan terhambur. Di tempat ini, kalian memulai dan mengakhiri kesempatan dengan mata yang baik.
Hasil dari pentas Teater Seribu Jendela tidak sekedar menakar, tetapi bagaimana makna yang didapatkan semoga disebarluaskan dalam kehidupan.
Ketika ditanya mengenai latar belakang pengangkatan tema ini, Sekar selaku sutradara menyebutkan bahwa ia ingin mengulas tentang isu-isu sosial yang dekat dengan perempuan pada masa sekarang. “Mengeksplor seksualitas, kayak yang diperanin dua cowok tadi, terus pengen mengambil hal-hal yang tetap dan dekat dengan kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
“Yang paling berkesan, acara ini dapat meningkatkan SDM yang ada, kemudian membuat para penonton lebih peka terhadap isu-isu seperti feminisme ataupun hak-hak yang dirampas dari kaum perempuan,” tutur Michelle, mahasiswa Program Studi Sastra Inggris.
Dari acara ini, sutradara mengucapkan terima kasih kepada teman-teman panitia yang sudah bekerja keras dan mempercayai dirinya sebagai sutradara dalam pentas besar Teater Seriboe Djendela 2024. “Jujur menjadi sutradara adalah hal yang paling saya banggakan sejauh ini selama berkuliah Di Universitas Sanata Dharma,” pungkasnya.
Redaktur: Samuel Piedro Nahak Manewain
Editor: Joan Delanoue Denting Sanitia Merdu