Suara Perempuan dalam Monolog Tiga Perempuan

 

Suara Perempuan dalam Monolog Tiga Perempuan 

  1. Pementasan : Titimangsa Foundation 
  2. Bentuk pementasan : Teater 
  3. Naskah : Monolog 3 Perempuan 
  4. Waktu pementasan : Sabtu 11 Oktober 2014 
  5. Tempat pementasan : Auditorium Galeri Indonesia 
  6. Pemain : 1) Sha Ine Febrianti sebagai Nayla

  2) Olga Lidya sebagai Anneliesse

  3) Pipin Putri sebagai Nyai Kertaraja 

  4) Arlin Putri sebagai Srintil 

  1. Penulis naskah : Ahmda Imran, Gunawan Maryanto, dan Djenar Maesa Ayu 
  2. Sutradara : Agus Noor 
  3. Produser : Happy Salma 

Tautan : Monolog Tiga Perempuan

sumber gambar

Monolog Tiga Perempuan merupakan fragmen dari tiga tokoh dalam karya sastra. Nyai Kertaraja tokoh antagonis dari novel Ronggek Dukuh Paruh karya Ahmad tohari, Annelisse tokoh dari novel Bumi Manusia karya Pramodeya Ananta Toer, dan Nayla tokoh dari novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Ketiga tokoh dihadirkan dari sisi berbeda, seperti Nyai Kertaraja seorang germo yang diam-diam memiliki kasih sayang lebih kepada srintil. Annelisse sosok anggun dan lembut tapi penuh dengan pilu dan sayu. Nayla dihadirkan betapa berani dalam berkata-kata dan berprinsip dalam mejalani hidup. Ketiga tokoh ini menganggkat permasalahan yang sering dialami oleh perempuan. Terkhusus perempuan di Indonesia dimana budaya partiarki masih merajalela. Tiga tokoh ini dihadirkan dari generasi berbeda dengan menampilkan refleksi wajah Indonesia. 

Pementasan Monolog 3 Perempuan menampilkan tata letak, tata cahaya, musik, tata rias, dan tata busana dengan sederhana. Bagian panggung dibagi menjadi tiga. Setiap bagian mewakili ruang setiap tokoh. Properti yang digunakan juga sederhana. Pada sisi Nyai Kertaraja hanya ada sebuah kursi bambu panjang dan pakain perempuan tuan Jawa dan sehelai selendang. Riasan Nyai Kertaraja saya rasa seusai untuk tokoh perempuan tua. Pada sisi Annelisse tersedia meja dan dua kursi serta koper yang selalu Annelisse bawa sepanjang pementasan. Busana dan riasana sangat cocok untuk karakter Annelisse yang anggun dan lembut. Pada sisi Nayla ada sebuah kursi, tas, cermin, laptop, rokok, dan miras. Busana dan risana Nayla cocok untuk karakternya yang liar dna berani. Para aktor yang memerankan ketiga tokoh sangat menjiwai peran mereka. Memiliki ciri khas tersendiri. Seperti logat medok pada Nyai Kertaraja, lembut namun pilu pada Annelisse, dan liar serta berani pada Nayla. 

Monolog tiga perempuan saya rasa layak untuk menjadi tontonan masa kini. Permasalahan pada perempuan sangat relevan dalam monolog ini. Semisal tokoh Annelisse memiliki suara terpendam lantaran diperkosa kakaknya sendiri. Betapa sedih dan terlukanya Annelisse tergambar diwajah Olga Lidya saat memainkan peran tersebut. Nayla korban dari kekerasan seksual dan kejahatan ibu kandungnya sendiri. Nyai Kertaraja selalu membicarakan tubuh dan perawan pada Srintil. Hal-hal seperti ini saya rasa makin marak diperbincangkan. Pementasan ini saya rasa layak untuk ditonton sebagai refleksi diri. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *