Senja dan Semua Luka

Langit sore ini sungguh menawan. Kilau cahaya yang terpancar menimbulkan kilatan pada air berombak itu. Pantulannya tertangkap jelas pada cermin milik gadis yang duduk di atas karang bersama dengan dua gadis lainnya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan berkelana ke pantai.

Aurora Vesper, Elora Mussyi, dan Laura Aquamarine telah bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) hingga sekarang mereka berkuliah. Mereka tetap menyukai kombinasi pantai dan senja, kebiasaan yang tak pernah berubah hingga saat ini. Pantai adalah tujuan wajib bagi mereka saat libur akhir semester. Libur semester kali ini Laura mengajak kedua sahabatnya ke salah satu pantai di Yogyakarta. 

Guys, libur semester ini gass pantai di Yogyakarta yokk!” ajak Laura. Lalu Aura menimpali “Gue sih gass aja.”. 

Begitupun dengan Elora yang menyetujuinya. “Gass! Btw, tumben banget lo ngajak ke Jogja, lagi patah hati ya?” Gurau Elora pada sahabatnya itu yang tidak pernah mau diajak ke Yogyakarta. “Haha, sok tau lu.” Jawab Laura dengan wajah datarnya. 

Baca juga: Dipeluk Lautan

Setelah percakapan itu, akhirnya hari yang mereka tunggu-tunggu tiba juga. Selama perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta ada yang janggal dengan sikap Laura. Ia hanya diam, mirip seperti orang kesurupan. Melihat tingkah aneh sahabatnya, Elora berinisiatif mengajaknya berbicara untuk memastikan keadaan Laura baik-baik saja. 

“Lau, are you okay?”

“Baik-baik aja, kenapa nanya gitu?” Laura bingung ketika sahabatnya menanyakan hal itu. 

“Syukurlah, lo diem-diem ae gue kira kesambet kunti tauk.” Elora menjawab dengan polos, diikuti oleh tawa Aura. Suasana mobil yang awalnya sepi pun berubah menjadi ramai dengan gelak tawa.

Perjalanan panjang telah usai, akhirnya mereka sampai di Yogyakarta. Karena tujuan mereka ke pantai di daerah Gunung Kidul, maka mereka juga memilih hotel di daerah sana. Selama beristirahat di hotel, sebenarnya Elora dan Aura penasaran dengan keanehan Laura yang tiba-tiba mengajaknya ke Yogyakarta. Setelah menyiapkan mental akhirnya mereka memberanikan diri untuk bertanya. 

“Lau, sorry lancang lagi ada masalah sama cowok lo kah?” tanya Aura. 

“Hah apa sih Ra, engga kok sans aja. Dah gue mandi dulu mau lihat sunset.” Timpal Laura segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. 

Rasanya waktu berputar lebih cepat. Jam dinding menunjukkan pukul 16.00 WIB. Ruangan itu mulai riuh dengan teriakan-teriakan mereka yang berebutan kamar mandi, mencari alat-alat mandi, baju, dan barang-barang penting untuk dibawa ke pantai. Tak butuh waktu lama untuk mereka bersiap-siap. Mereka pun segera bergegas menuju ke pantai. Setibanya di pantai, mereka sangat bahagia karena sesuai dengan harapan mereka 3S yaitu sejuk, sepi, dan senja. 

Setelah lelah berfoto dan bermain air, mereka bertiga memutuskan untuk duduk di atas karang sambil memandang matahari yang mulai menghilang. 

“Cowok itu jahat ya.” Gumam Laura, ternyata terdengar oleh kedua sahabatnya. 

“Hah, apa Lau cowok jahat?” balas Elora, memastikan dia tidak salah mendengar perkataan sahabatnya. 

“Iya, cowok itu jahat. Mereka selalu menggunakan logika dalam segala situasi termasuk saat berdebat.” 

Mata Laura mulai menerawang. “Gue benci ketika cowok udah menggunakan logika, cowok jadi sering ngomong pakai nada tinggi udah kayak mau masuk suara sopran aja nadanya la, si, do.” Lanjutnya. 

Aura dan Elora mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Mereka sedikit bimbang dengan masalah yang Laura alami. Pasalnya Laura bukan tipe orang yang suka bercerita panjang lebar. Pikiran mereka mulai fokus ketika Laura menyebut nama mereka. 

“Ra, gue pernah bilang pantai di Yogyakarta itu indah banget. Tapi hari ini orang yang bilang itu udah ingkar. Malah dia yang tiba-tiba dateng dengan lukanya haha….. lucu ya.” Ucap Laura.

“Lo ga ingkar Lau, lo dateng ke Yogyakarta adalah pilihan yang tepat. Di sini lo bisa buang jauh-jauh luka itu, leburin bareng sama ombak itu. Gue, Elora, dan senja itu bakal jadi saksi lo bahwa seorang Laura bisa setegar itu.” Jawab Aura yang mulai paham arah pembicaraan Laura. 

Thanks ya, udah nemenin gue ke Yogyakarta buat ngeliat senja dan ngeleburin luka ini hehe…” ucap Laura kepada dua sahabatnya. 

“Iya, sama-sama.” Jawab kedua sahabatnya. 

Elora mengambil selembar kertas dari sakunya dan diberikan kepada Laura. Laura membacanya dengan lirih.

Teruntuk senja

Sudah berapa ribu air mata yang kau saksikan? 

Sudah berapa puluh orang yang kau sembuhkan? 

Sungguh dekapanmu hangat 

Hangat dan sesaat 

Tak apa, kau cukup nyaman untuk sebuah “Rumah” 

Menunggu sang tuan mengungkapkan keluh kesah 

Menyandar dan dengan setia kau dekap 

Kau dekap dan kau lenyap Semua hanya tentang waktu 

Kepergianmu membuatku tau 

Semua bebanku tersirat manis di dekapmu 

Tanpa semua makhluk tau  

Arti jingga dan kepergianmu

Setelah selesai membacanya, Laura menarik napas panjang dan memeluk kedua sahabatnya. Mereka tertawa bersama hingga matahari terbenam sembari menghapus luka yang dialami Laura Aquamarine.

Editor: Catharina Menur Sekar Putih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *