Kesalahan sepele berupa penggunaan kata penglepasan alih-alih pelepasan kerap kali masih ditemukan pada spanduk acara perpisahan anak sekolah, seperti Penglepasan Peserta Didik TK Tadika Mesra. Kesalahkaprahan berupa penggunaan kata penglepasan ini terjadi karena adanya konotasi negatif yang melekat pada kata pelepasan. Dalam masyarakat, kata pelepasan diasosiasikan dengan dubur atau proses melepas(kan) tinja sehingga memiliki konotasi yang negatif dalam pikiran masyarakat. Dari sinilah masyarakat kemudian mengganti kata tersebut dengan kata penglepasan yang dianggap lebih berkonotasi positif.
Namun, usaha yang dilakukan masyarakat dalam mengganti kata yang berkonotasi negatif tersebut merupakan usaha yang bisa dikatakan sia-sia karena konotasi kata penglepasan tetap sama dengan kata pelepasan. Penggantian tersebut justru melanggar kaidah morfofonemik. Dalam hal ini, penggantian tersebut menghasilkan kosakata yang salah secara gramatikal dan tidak sesuai dengan kaidah morfofonemik.
Pada dasarnya, kata pelepasan terbentuk dari bentuk dasar lepas yang dilekati konfiks pe(N)-an (pe(N)-lepas-an). Bentuk penglepasan dapat dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap kaidah morfofonemik karena bunyi nasal (N) pada konfiks pe(N)-an tidak muncul bila konfiks tersebut digabungkan dengan bentuk dasar berbunyi awal [l]. Sebagai contoh, pe(N)-an akan berubah menjadi pe-an bila bertemu dengan bentuk dasar lari (pelarian). Dengan begitu, kata lepas yang digabungkan dengan konfiks pe(N)-an akan menjadi pelepasan (pe-lepas-an) dan bukan penglepasan.
Supaya lebih bisa memahami penjelasan di atas, perhatikan contoh berikut.
pe(N)-(an) + lindung menjadi pelindungan
pe(N)-(an) + lacak menjadi pelacakan
pe(N)-(an) + lunak menjadi pelunakan
pe(N)-(an) + labuh menjadi pelabuhan
pe(N)-(an) + lari menjadi pelarian
pe(N)-(an) + menjadi pelemparan
Berdasarkan contoh-contoh di atas dapat dikatakan bahwa bentuk lepas yang digabungkan dengan konfiks pe(N)-an akan menjadi pelepasan.
Dengan begitu, pertanyaan, “Yang bener itu pelepasan atau penglepasan?” terjawab. Bentuk yang tepat adalah pelepasan. Pelepasan berasal dari bentuk lepas yang dilekati konfiks pe(N)-an. Bunyi nasal pada pe(N)-an tidak muncul karena konfiks tersebut digabungkan dengan bentuk dasar berbunyi awal [l], lepas. Maka, hasil dari pengimbuhan bentuk kebahasaan tersebut adalah pelepasan.
Apabila pelepasan dirasa memiliki konotasi yang negatif dan penutur bahasa Indonesia hendak mencari kata serupa yang berkonotasi positif, maka kata syukuran adalah kata yang tepat untuk menggantikan kata pelepasan. Syukuran sendiri dalam KBBI didefinisikan sebagai ‘ucapan syukur’. Dengan begitu, kata syukuran lebih cocok digunakan dalam acara kelulusan sekolah karena berarti ‘ucapan syukur atas kelulusan para peserta didik’.
Editor: Laetitia Sugestian