Gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1917 atas permintaan Mangkunegoro VII sebagai gedung sosialitas Mangkunegaran. Awalnya, gedung ini dihuni oleh militer Mangkunegaran, priyayi, orang Eropa, serta sedikit orang Tionghoa. Mangkunegoro VII meminta sahabatnya, Aboekassan Atmodirono, seorang arsitek yang juga anggota Budi Utomo, untuk merancang bangunan ini dengan gaya campuran Barat dan Timur. Bangunan yang tinggi dengan pintu dan jendela yang mencolok ini dari luar terlihat seperti candi, melambangkan harapan agar orang Barat dan Timur bisa hidup rukun.
Selesai dibangun pada tahun 1918, gedung menjadi saksi berbagai peristiwa penting, seperti Kongres Jong Java pada tahun 1923, berdirinya cikal bakal RRI dalam bentuk organisasi penyiaran pada tahun 1933, serta tempat penyiaran Radio SRV pada tahun 1946. Gedung ini juga menjadi lokasi Kongres Pertama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tahun 1946, karena Solo dianggap sebagai kota kecil yang aman dan dekat dengan stasiun.
Gedung ini memiliki tambahan di sisi kanan yang digunakan sebagai museum dan di sisi kiri untuk perkantoran. Pada 9 Februari 1978, gedung ini diresmikan sebagai Monumen Pers Nasional oleh Presiden Soeharto, bertepatan dengan Hari Pers Nasional. Saat ini, gedung ini terdaftar sebagai salah satu cagar budaya di Indonesia.
Editor: Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita