Walau hanya sebatas melewati jembatan, tetapi sosok di jembatan yang kulihat bersama kakakku akan selalu teringat di ingatan. Untung saja aku pergi bersama kakakku dan ia peka dengan apa yang terjadi.
Kejadian ini berawal ketika Dave, kakak keduaku, mendapat undangan pernikahan temannya di salah satu daerah kota Maumere. Dave mengajakku untuk ikut datang ke acara tersebut di hari Sabtu. Agar aku tidak terlalu bosan atau suntuk dirumah, aku menyetujui ajakannya dan kami berangkat menggunakan motor. Kami berencana untuk kembali pulang ke rumah setelah acara selesai agar tidak merepotkan teman-temannya atau membayar penginapan.
Jarak dari rumahku ke tempat acara cukup jauh ,yaitu 10 km. Kami berangkat dari rumah jam 8 malam dan tiba disana jam 10 malam. Akses jalanan yang belum terlalu baik membuat Dave sedikit berhati-hati saat berkendara. Sesampainya di tempat, kami mengikuti rangkaian acara pernikahan dari awal sampai akhir. Sesekali aku ikut bersalaman orang-orang yang kakakku kenal di acara ini. Beberapa jam kemudian, acara selesai dan kami pamit untuk pulang.
Kami berdua pulang dengan kondisi jalanan yang sepi. Saat itu sudah jam 1 malam, aku hanya melihat sedikit rumah warga karena daerah ini cukup jauh dari kota. Di tengah perjalanan, kami perlu melewati salah satu jalan yang dengan sebuah jembatan. Jalan sekitar itu sudah biasa menjadi titik rawan kecelakaan. Jembatan itu pun dikenal banyak orang sebagai tempat yang keramat atau angker. Sebelum mendekati jembatan itu, kakakku memberiku peringatan terlebih dahulu.
“Kalau sudah mulai masuk ke area jembatan itu dan tercium aroma busuk atau wangi, jangan langsung bilang ke saya. Begitu pula jika kamu melihat sesuatu yang janggal, hiraukan saja dan jangan menoleh ke belakang saat sudah menjauh dari sana. Semua kejanggalan yang nanti akan terjadi, nggak boleh diceritakan langsung saat masih di motor. Tahan saja dan ceritakan semuanya saat sudah sampai di rumah.”
Aku selalu mengingat perkataan Dave dalam pikiranku hingga akhirnya jembatan tersebut sudah berada di jangkauan mataku. Jantungku berdegup kencang dan meramalkan doa dalam hati. Waktu itu sekitar jam 2 lebih dan kami sudah merasakan ada yang tidak beres. Saat melintas, aku melihat sosok nenek-nenek yang jalan sembari membawa karung. Tangan kiri Dave ke belakang untuk menahan badanku dan menancapkan gas sedikit lebih kencang agar keluar dari area jembatan tersebut.
Dave berusaha mencairkan suasana dengan mengajakku untuk bernyanyi, bercerita, dan ngobrol tentang hal apapun agar aku tidak hanya diam karena kejadian singkat tadi. Setelah perjalanan panjang, kami sampai dengan selamat di rumah sekitar jam 3 subuh. Dave menyuruhku untuk mencuci kaki dan tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Setelah itu, kami duduk untuk saling bercerita saat melewati jembatan tadi. Aku mulai bercerita tentang melihat sosok nenek yang membawa karung dan tak ku sangka Dave juga melihat sosok nenek itu. Setelah bercerita dan merasa ngantuk, kami bergegas masuk ke kamar masing-masing dan tidur.
Cerita dari: Anonim
Editor: Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita