Oleh: Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita
Melamun di Tepian, sebuah pameran karya seni oleh beberapa mahasiswa ISI Yogyakarta berlangsung pada tanggal 6 Mei – 14 Mei 2023 yang bertempat di Galeri Gejayan atau tepatnya Gedung Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
Pameran ini menampilkan beberapa karya lukis bertemakan “Melamun” dengan berbagai macam bentuk, warna, serta keunikan pada masing-masing lukisan. Salah satu lukisan yang terpajang dalam pameran tersebut berjudul “Miracle” oleh Dicko Ayudya. Lukisan berukuran 120×100 cm ini dikerjakan kurang lebih selama satu bulan.
Dicko merupakan mahasiswa seni rupa ISI Yogyakarta yang memulai minatnya di bidang seni lukis saat ia berada di jenjang sekolah menengah. Masa remaja di sekolah seni rupa membuatnya konsisten dengan keinginan menekuni minatnya itu.
Karya dengan judul “Miracle” ini menyampaikan pandangan Dicko mengenai tema “Melamun” dari prespektifnya. Baginya, banyak orang terkadang menganggap bahwa melamun merupakan aktivitas yang negatif. Melamun bagi Dicko adalah sebuah proses kekaryaan. Dicko mengungkapkan bahwa melamun adalah sarana mengobrol dengan dirinya sendiri. Dengan diam dan tenang, ia akan menemukan hal-hal di luar nalar dan dapat dikatakan sebagai sebuah keajaiban yang mendatangkan suatu inspirasi.
Lukisan ini secara garis besar mengangkat cerita hidup Dicko. Ia mengaku sering melamun seperti di studio dan duduk berlama di sana. Dikco berdiam terduduk untuk memikirkan karya-karya yang ingin ia buat. Aktivitas itu memunculkan ide-ide di luar nalar. Penggambaran dua orang dalam lukisan digambarkan sebagai Dicko dan dirinya yang lain. Sosok yang satu merupakan dirinya yang terduduk diam, sedangkan yang satu lagi adalah diri lain Dicko yang bergerak di dalam pikirannya. Frame yang terlihat berbeda dari lukisan yang lain tampak mendorong karya Dicko dan pilihan itu merupakan suatu hal di luar zona nyamannya.
Kesan Dicko selama mengerjakan lukisan itu adalah ketika dirinya membuat hal yang tidak disengaja dan itu menjadi bagian dari lukisan. Dirinya yang tiba-tiba menggores sesuatu dan menjadi genapan pas di dalam karya lukisnya. Ketika membuat karya, Dikco mengaku bahwa dirinya terkadang membiarkan karyanya selama beberapa minggu sebelum akhirnya memutuskan bahwa karya tersebut bisa dikatakan selesai.

Dikco menekankan bahwa karyanya adalah sarana penyampai pesan dari sudut pandangnya. Kembali tentang Dikco, lukisan “Miracle” dan “Melamun” menjadi sebuah kesatuan. “Melamun yang terkadang dijadikan hal yang dipandang negatif, bagiku bisa jadi proses yang menakjubkan,” ucapnya dalam wawancara 14 Mei 2023.
Editor : Sabina Lintang Kemala