Mahasiswa Sastra Indonesia: Pulang Pergi Menghadapi Cuaca Ekstrem Yogyakarta

Indekos atau nge-kos merupakan pilihan bagi mahasiswa dari luar kota atau yang rumahnya jauh dari kampus. Namun, tidak sedikit juga mahasiswa yang memilih untuk pulang-pergi atau nglajo dari rumah. Di Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Sastra Indonesia, terdapat beberapa mahasiswa yang memilih untuk pulang pergi dari rumah daripada harus nge-kos. Alasannya karena mereka mempertimbangkan berbagai faktor seperti jarak tempuh, biaya, fasilitas, dan kesiapan diri sebelum memutuskan untuk ngekos

Dika, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2023 asal Bantul yang rumahnya berjarak 21 km dari kampus, mengaku bahwa dia belum bisa hidup mandiri. “Kalau nge-kos saya tidak bisa hidup mandiri. Belum bisa karena saya masih bergantung pada orang tua dari bangun tidur, makan, dan minta uang,” katanya. 

“Kalau aku sendiri, aku lebih nyaman pulang pergi langsung ke rumah karena kayak nanggung kalau nge-kos juga. Menurutku deket (dekat), biar hemat juga, rugi kalau nge-kos,” ucap Tasya, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022 yang menghabiskan 40 menit untuk berangkat ke kampus.  

“Alasanku aku ga ngekos karena aku memang aku takut sendirian. Karena aku takutnya oh nanti kalau aku sakit gimana nih, yang ngurus siapa, sedangkan aku dari dulu kan nggak bisa mandiri gitu lho. Nanti nyuci baju gimana, makan gimana, jadi aku memilih PP (pulang pergi) daripada kos karena biaya kos juga kalo dikali setahun gitu berapa yaa. Aku mending kurang uang buat beli bensin daripada buat nge-kos,” ucap Tea, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2023 yang membutuhkan waktu 45-60 menit untuk sampai ke kampus. 

Keputusan mereka untuk pulang dari rumah ke kampus mengharuskan mereka untuk menghadapi cuaca ekstrem Yogyakarta akhir-akhir ini. Dilansir dari akun Instagram @staklim_jogja, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa curah hujan bulan Maret 2024 di Daerah Istimewa Yogyakarta pada kriteria menengah—tinggi dengan curah hujan berkisar 201—500 mm. Hujan deras dan angin kencang melanda beberapa daerah di Yogyakarta. Tentunya hal ini berdampak pada mahasiswa yang memilih untuk pulang ke rumah. Banjir, angin kencang, dan kemacetan mewarnai rute perjalanan sekaligus menjadi tantangan mereka. 

“Pernah banjir. Hujannya waktu mau pulang dari kampus kan, kebetulan ada banjir, macet juga, jadi agak takut ya. Soalnya kan, jalannya kalau banjir nggak keliatan ya. Takutnya ada jalan yang berlubang atau gimana. takut kalau bawa motor kepleset, kemacetannya juga lumayan sih,” ucap Tasya. 

“Sering banjir kalo pas hujan. Tapi misal dari rumah saya udah hujan duluan, gimana caranya aku pake mantol, atau nunggu beberapa menit,” ucap Tea.

Editor: Maria Tatag

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *