Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma (USD) baru saja merayakan dies natalis ke-60. Dalam rangka memeriahkan dies natalis tahun ini, PBSI mengadakan gelar sastra dengan judul Jula-Juli Dangdut Menul. Gelar sastra diselenggarakan pada hari Sabtu (02/12/2023) di Auditorium Driyarkara, Kampus II, Universitas Sanata Dharma. Acara ini menampilkan drama musikal yang dibintangi oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) angkatan tahun 2021.
Open gate dimulai pukul 17.30 WIB, tetapi beberapa pengunjung sudah berdatangan sejak pukul 17.00 WIB. Selama menunggu, pengunjung dapat membeli makanan pada stand-stand yang disediakan. Selain itu, pengunjung juga bisa berfoto-foto karena panitia (usher) menyediakan photo booth dengan berbagai aksesori foto pada umumnya. Sebelum memasuki ruangan, pengunjung dapat menukarkan e-ticket di tempat yang telah disediakan.
Acara dibuka dengan sambutan dari dua master of ceremony (MC), yaitu Sabina Prajnamalini dan Gerardus Indra. Kemudian, acara dilanjutkan dengan doa pembuka yang dipimpin oleh Gerardus Indra. Selanjutnya, terdapat sambutan dari Judha Jiwangga, dosen pengampu mata kuliah Pagelaran Sastra, dan Prof. Ir. Sudi Mungkasi, Ph.D., Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma, yang turut hadir dalam acara ini.
Setelah sambutan disampaikan, MC membacakan tata tertib selama pertunjukan. Pengunjung dilarang menyalakan flash handphone (HP) saat mengambil foto dan video selama pertunjukan drama berlangsung. Kemudian, MC membacakan sinopsis cerita “Jula-Juli Dangdut Menul” yang diadaptasi dari lakon Jeng Menul karya Puthut Buchori. Pertunjukan drama dimulai pada pukul 18.16 WIB dengan nyanyian. Pengunjung diarahkan untuk duduk pada kursi bagian tengah yang terbagi menjadi kelompok hak e hak e (regular), hokya-hokye (VIP), dan sak jos e (VVIP).
Pertunjukan drama musikal ini mengangkat tema “Tanggapan Generasi Z terhadap Isu Pesta Rakyat di Tahun 2024”, tema yang sangat dekat dengan keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini. “Dari pertunjukan drama kita, dapat mengungkapkan ide, nasihat, dan kritik yang tidak selalu bisa dituangkan dalam bentuk tulisan dan tidak pas diungkapkan secara lisan,” tutur Bapak Sudi Mungkasi.
Ketika drama musikal dimulai, keadaan auditorium tenang. Pengunjung yang menonton drama ini dibawa ke dalam suasana pemilu yang panas dan penuh dengan provokasi untuk menjatuhkan satu belah pihak. Drama musikal ini menggambarkan keresahan ibu-ibu di Kampung Mangku Rondo karena suaminya selalu membeli makan di warung bubur Jeng Menul. Paras yang cantik dan body seksi menggambarkan sosok Jeng Menul di mata bapak-bapak kampung itu. Di tengah konflik tersebut datanglah Bu Mage, calon ketua desa yang berkampanye dengan memprovokasi ibu-ibu di Kampung Mangku Rondo dengan isu bahwa Jeng Menul menggunakan susuk dan pesugihan dalam usahanya hingga bapak-bapak selalu datang ke warungnya. Tidak hanya itu, Bu Mage juga memberikan uang kepada ibu-ibu agar memilihnya dalam pemilu. Akhirnya, kebusukan Bu Mage terungkap akibat kesaksian satpam di kampung tersebut.
Acara berjalan dengan lancar dan seru serta mendapat tanggapan positif dari pengunjung. Intan, perwakilan mahasiswa PBSI USD menyetujui hal itu. “Senang dan seru dengan penampilan yang sangat luar biasa sehingga dapat menghibur penonton dengan alur cerita dan pembawaan peran yang natural,” tuturnya.
“Bangga, speechless, dan wow keran… aku sampe di audit tidak bisa berkata-kata. Aku nangis dari tadi anak-anakku keren banget sumpah… wow,” ujar Wuddan yang merupakan salah satu sutradara drama musikal ini.
Setelah drama musikal Jula-Juli Dangdut Menul selesai dipentaskan, MC kembali ke panggung untuk mengenalkan aktor dan panitia. Acara ditutup pukul 20.26 WIB dengan doa yang dipimpin oleh Gerardus Indra selaku MC. Berakhirnya acara tersebut ditandai dengan pengunjung mulai meninggalkan tempat duduk menuju pintu keluar.
Editor: Laetitia Sugestian