Harta Berharga di Tanah Sabana

Semesta Indonesia bagaikan hamparan surga yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Berlarilah dari ujung barat hingga ujung timur bumi Nusantara, maka kau akan mendapati beragam panorama mengagumkan. Jajaran daratan, pegunungan, dan lautan di Indonesia, menghasilkan karya alam yang setiap jengkalnya menjadi kekayaan Nusantara. Tidak peduli malam atau siang, hujan atau kemarau, fajar atau senja, alam Nusantara akan selalu merajut pesonanya. Bisikan daun yang menentramkan, deburan ombak yang mendamaikan, dan hutan-hutan yang memberikan kesempatan di setiap celah pepohonannya memberikan kesan bahwa alam Nusantara selalu punya cara untuk berbincang dengan manusia.

Indonesia merangkap sebagai maestro atas segala keindahan alam yang ditawarkan. Gugusan pulau di Indonesia menjadi wadah bagaimana keindahan alam didisplai sedemikian rupa. Pergilah ke Banda Neira jika ingin melihat surga tersembunyi di timur Indonesia, di mana panorama laut biru, bentangan langit luas, dan gunung yang berdiri gagah berpadu menjadi satu hingga membentuk formasi alam yang sempurna. Bali, tempat ajaib yang dijaga para Dewa, menyuguhkan visual pantai pasir putih disertai jajaran pohon nyiur yang elok sejauh mata memandang. Bromo, tempat di mana kau akan menemukan lukisan nyata alam saat matahari terbit di ufuk timur. Benar-benar hamparan surga yang mengesankan. Namun sungguh, tiga tempat tersebut hanyalah sebagian dari berbagai pesona alam Indonesia. Pada hakikatnya, seluruh belahan Nusantara adalah mahakarya Tuhan. Lalu, apakah kau tahu, mahakarya Tuhan untuk alam yang menggambarkan roda kehidupan?

Jawabannya akan kau temukan di luasnya tanah sabana.

Sabana adalah padang rumput luas dengan selingan pohon-pohon yang tumbuh tersebar dan sangat jarang. Sabana juga merupakan rumah bagi herbivor seperti kuda dan karnivor seperti citah. Sabana memiliki dua musim yang saling bertolak belakang, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kemarau di sabana mengakibatkan bioma di sana mengering. Di sabana, hujan datang dengan curah yang sedikit, yakni sekitar 30 mm/tahun. Curah hujan yang sedikit menjadikan tumbuhan kesulitan untuk menyerap air dan bertahan hidup. Maka dari itu, hanya tumbuhan berjenis rumput yang dapat beradaptasi dan bertahan hidup di padang sabana.

Pada musim kemarau, rerumputan di sabana akan mengering, menjadi berwarna kuning cokelat keemasan. Namun, saat musim hujan tiba, rerumputan kering itu akan digantikan oleh rerumputan hijau segar. Tanah sabana yang semula kering, seolah-olah meranggas kehidupan di sana, pada akhirnya akan menghijau, mengembalikan seluruh kehidupan.

Baca juga: Budi Daya Iman dan Penemuan akan Tuhan Melalui Alam

Dunia boleh jadi mengatakan bahwa Dataran Serengeti di Afrika adalah tempat terbaik untuk menikmati padang sabana dengan beragam susunan ekosistemnya. Di sana, kawanan hewan liar seperti gajah, jerapah, zebra, dan berbagai satwa ikonik lainnya masih hidup dengan alami meski habitat mereka terjamah oleh manusia. Sejauh mata memandang, bentang alam yang disuguhkan ialah padang rumput luas, barisan bukit yang menghijau, dan aliran sungai-sungai yang tersusun elok di bawah langit biru. Ketiga bentang alam tersebut bagai visual utama di Padang Sabana Serengeti. Serengeti bak potongan permadani surga yang berharga bagi tanah Afrika.

Namun bagiku, sabana di bumi Nusantara tidak kalah menawan. Mari kita menilik bagian timur Indonesia, yakni Provinsi Nusa Tenggara Timur, tempat di mana alam berkarya dengan sapuan pesona magis, menghasilkan simfoni kedamaian di setiap tapaknya, membiarkan kehangatan alamnya menyeruak—menelisik jejak-jejak di Nusantara. Di tempat dengan julukan Nusa Cendana tersebut, kau akan menemukan berbagai panorama sabana. Padang sabana di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, berhasil memamerkan seluruh pesonanya melalui sejuta barisan cakrawala. Melalui rangkaian kalimat ini, kita akan berkelana menuju timur Indonesia, memperluas pandangan untuk menyadari bahwa Nusantara memang diciptakan dengan penuh estetika.

Pertama, kita akan menapakkan kaki di Bukit Tanarara, Sumba Selatan. Bukit ini bertanah merah (tanah liat) sehingga dinamakan Tanarara, yang berarti ‘tanah yang merah’. Bukit Tanarara menawarkan pemandangan sabana dengan lekukan-lekukan topografi yang menakjubkan. Uniknya, jajaran bukit ini tersusun atas batuan karang gersang yang diselimuti rerumputan di sebagian sisinya. Keadaan musim mengakibatkan warna rerumputan berubah-ubah. Rumput akan berwarna cokelat saat kemarau tiba, kemudian akan berwarna hijau saat musim hujan datang.

Selanjutnya, kita berjalan ke Sumba Timur, menuju Sabana Mau Hau. Tempat ini adalah hasil perpaduan dua bentang alam yang sempurna. Dua kesempurnaan tersebut ialah panorama padang rumput luas dan persawahan dengan pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Waktu terbaik untuk menikmati keindahan sabana ini adalah saat matahari terbit di ufuk timur dan saat matahari tenggelam di ufuk barat. Kedua waktu tersebut adalah kesempatan berharga yang menyuguhkan pesona langit dengan terpaan angin yang menyejukkan.

Terakhir, kita sampai di Sabana Tanah Daru, Sumba Tengah. Bagi sebagian orang, keindahan tempat ini mengingatkan akan pemandangan sabana di Afrika. Di Sabana Tanah Daru, lanskap luasnya padang rumput yang begitu asri berpadu dengan jernihnya Air Terjun Lapopu. Saat berada di atas Bukit Tanah Daru, kita akan disuguhkan dengan garis pantai yang eksotis. Masing-masing keindahan alam tersebut memiliki daya tarik khas yang berhasil menciptakan keharmonisan dalam panorama.

Di antara banyaknya bentang alam Indonesia, sabana menjadi simbol ketangguhan seluruh alam. Kemarau menjadikan rumput-rumput sabana kering, tanah-tanah bercelah, dan pasokan air berkurang. Namun, segala kerapuhan sabana di musim kemarau akan luput saat musim penghujan datang. Dari hujan, rerumputan yang sebelumnya kering akan tumbuh subur, tanah-tanah yang retak akan kembali utuh, dan air yang berkurang akan kembali melimpah.

Kemarau dan hujan adalah roda alam bagi tanah sabana. Melalui kemarau, sabana mengajarkan ketangguhan dan kekuatan untuk bertahan hidup. Melalui hujan, sabana memberikan arti atas terwujudnya harapan besar setelah berkali-kali hidup di ambang kesakitan. Maka dari itu, sabana menjadi wujud nyata roda kehidupan.

Tuhan tidak hanya menciptakan sabana sebagai bentang alam yang menakjubkan, tetapi Tuhan menciptakan sabana sebagai pengajaran tentang ketangguhan dan harapan dalam hidup yang penuh perjalanan panjang. Dengan demikian, itu adalah harta berharga di tanah sabana.

Redaktur: Friski Eka Indah Pamulatri (SMAN 1 Wonosari – Gunungkidul)

Editor: Laetitia Sugestian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *