Tugas Akhir selain Skripsi

Halo, Teman Karsa! Sudah tahu belum, Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia menerapkan tugas akhir selain skripsi, lho. Pada sosialisasi pedoman tugas akhir (14/8) yang disampaikan oleh Sony Christian Sudarsono, Ketua Prodi (Kaprodi) Sastra Indonesia, pada mahasiswa angkatan 2022 dan 2023, terdapat dua pilihan lain tugas akhir selain skripsi, yaitu publikasi ilmiah dan proyek inovatif. 

Pedoman baru mengenai pilihan tugas akhir ini ditetapkan dengan tujuan untuk memfasilitasi keinginan mahasiswa yang mungkin ingin memenuhi capaian pembelajaran dengan bentuk non-skripsi. 

Dengan menerapkan pedoman baru ini, mahasiswa dan prodi tentunya mendapat keuntungan. Keuntungan ini, terutama, akan dirasakan oleh mahasiswa. Mahasiswa yang mengambil tugas akhir selain skripsi akan mendapat “nama” dengan memublikasikan karya ilmiah dan proyek inovatifnya. Sejalan dengan itu, Kaprodi menyampaikan bahwa hal tersebut tidak akan bisa didapat dengan skripsi. 

“Itu tidak akan tercapai kalau hanya skripsi. Skripsi itu kan karya yang tidak dipublikasikan. Hanya disimpan di repositori,” ujar Sony. 

Melihat keuntungan itu bagi mahasiswa, maka difasilitasilah oleh prodi. Tidak hanya untuk mahasiswa, keuntungan itu pun dirasakan pula oleh prodi karena prodi juga akan punya karya dengan nama mahasiswa.  

“Kan, maka tadi ada, klausulnya harus mencantumkan bahwa kamu itu mahasiswa Sastra Indonesia,” lanjutnya.

Menurut buku “Pedoman Penyusunan Tugas Akhir” yang dibuat Prodi Sastra Indonesia, tugas akhir berupa publikasi ilmiah digolongkan dalam dua jenis publikasi. Pertama, mahasiswa dapat memublikasikan artikel ilmiah di jurnal ilmiah.  Kedua, publikasi dapat berupa makalah ilmiah dalam pertemuan ilmiah bidang bahasa, sastra dan/atau budaya. Artinya, publikasi tersebut dapat berupa presentasi dalam pertemuan ilmiah. Dua publikasi tersebut dapat menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa lain yang telah menjadi bahasa resmi PBB.

Teman Karsa, khususnya mahasiswa Sastra Indonesia, juga dapat memilih sepuluh proyek inovatif, yaitu novel, kumpulan cerita pendek (cerpen), kumpulan cerita rakyat, antologi puisi, naskah drama, kumpulan drama pendek, film, kamus, buku ajar, dan biografi. Sepuluh jenis proyek inovatif tersebut dikerjakan dalam bahasa Indonesia dan harus diterbitkan atau disiarkan secara publik

Dua jenis tugas akhir yang baru ini tetap dikerjakan dengan bimbingan dosen pembimbing. Ketentuan dan peraturan secara mendetail dapat dibaca lebih lanjut pada “Pedoman Tugas Akhir” yang softcopy-nya telah dilampirkan pada laman Prodi Sastra Indonesia. 

Dengan pedoman baru ini, pihak Prodi Sastra Indonesia mengharapkan agar mahasiswa dapat lulus, tidak hanya tepat waktu, tetapi juga pada waktu yang tepat. Dengan pilihan yang banyak ini, prodi mengharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan studinya tepat waktu setelah tersedianya banyak bentuk tugas akhir untuk dipilih sesuai dengan minat. 

“Siap untuk lulus, bukan hanya lulus tepat waktu. Tapi dia lulus itu dengan keadaan, ‘aku sudah memenuhi capaian pembelajaran lulusan,’ gitu,” ucap Sony. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *