Mahasiswa/i Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma mengadakan pentas teater dalam rangka untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pementasan Ekspresi Sastra. Pemain utama dalam pentas ini adalah mahasiswa/i Angkatan 2020 dan 2021 sebagai aktor yang didukung oleh tim Produksi dari Angkatan 2022 dan 2023. Pementasan ini diharapkan tidak hanya menjadi bagian dari Ujian Akhir, tetapi juga sebagai sebuah persembahan akhir tahun yang akan menggambarkan kreasi serta dedikasi dari mahasiswa/i Sastra Indonesia.
Pementasan Ekspresi Angkatan 2020 dilaksanakan pada Selasa, 5 Desember dan Kamis, 7 Desember 2023 bagi Angkatan 2021. Acara ini bertempat di Auditorium Driyarkara, USD dan bersifat terbuka untuk umum. Melalui persembahan ini, Prodi Sastra Indonesia telah menghadirkan sebuah pengalaman teater yang mendalam dan menggugah bagi penonton.
Pentas tahun ini membawakan empat naskah penting, yaitu “Rencananya Bukan Ramayana” adaptasi dari cerita Ramayana, “Kawin Toa” karya Rano Sumarno, “Semar Gugat” karya N. Riantiarno yang diadaptasi menjadi “Obrak-abrik”, dan sebuah naskah baru berjudul “Badhala” karya Dipta Nariswara. Perkuliahan ini bertujuan untuk memberi ruang kepada mahasiswa dalam mengekspresikan kreativitas dan bakat mereka di bidang seni teater.
“Menyenangkan, pastinya capek, sempat ada sedikit huru-hara dan agak keteteran. Tapi Alhamdulillah lancar, seneng karena bisa lebih deket dan lebih mengenal teman sekelas satu sama lain, yang awalnya sebatas kenal, jadi harus ngobrol karena ada peran dan bisa lebih deket karena itu. Secara keseluruhan gokil, pokoknya terima kasih banyak buat semua warga Sasindo yang udah bantu-bantu.” kata Pusaka, salah satu aktor dari Angkatan 2020.
Persiapan pentas ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, yakni kurang dari dua bulan. Dipta Nariswara sebagai Sutradara yang juga harus menjadi aktor pun mengungkapkan tantangan yang dialami selama berdinamika.
“Struggle-nya macem-macem, yang perlu digaris bawahi adalah tidak semua 45 anak punya pengalaman berteater, kebanyakan belum sama sekali. Gimana caranya mengajak anak-anak yang belum pernah berteater ini berproses tanpa tekanan, tapi tetep mau semangat untuk berlatih, juga membangun motivasi mereka latihan bukan untuk dapat nilai A, tapi pengen membuat pementasan yang bagus dan pantas untuk ditonton sebagai anak Sastra Indonesia.”
“Pementasan kali ini sangat berkesan, sebagai Sutradara merasa bersyukur dengan formasi yang seperti itu. Kita bisa menampilkan sesuatu yang maksimal, dengan persiapan kurang dari dua bulan kesannya membanggakan, jadi pengen mengulang memori itu lagi” tambah penulis naskah “Badhala” itu.
Keberhasilan dan capaian para mahasiswa ini ditanggapi oleh Kepala Program Studi Sastra Indonesia, Ibu Susilawati Endah Peni Adji S.S., M.Hum.
“Saya sangat menghargai kerja keras dan perjuangan mahasiswa dengan segala keterbatasannya, waktu, sumber daya, dan kemampuan dasar untuk akhirnya bisa tampil di luar ekspektasi kita semua.” “Jangan pernah menyerah karena kelak saudara akan bisa menyadari bahwa tantangan yang dihadapi saat ini tidak seberapa, saat nanti terjun di dunia kerja dalam kondisi under pressure, berkolaborasi, juga pengembangan kreativitas yang mungkin justru akan muncul disaat terdesak. Jangan saling menyalahkan dan ambil positifnya.” ujar dosen yang sering disapa Bu Peni ini.
Editor: Hanako Yurikoiki