Pada era arus informasi yang berkembang pesat, literasi bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, tetapi menjadi pondasi utama dalam perjalanan pendidikan mahasiswa. Di tengah kemajuan teknologi yang menghadirkan berbagai sumber informasi, keinginan membaca menjadi kunci bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam dan beragam. Namun, semakin merosotnya minat membaca di kalangan mahasiswa menimbulkan keprihatinan akan masa depan literasi intelektual generasi mendatang. Oleh karena itu, dalam opini ini, kita akan menjelajahi pentingnya keinginan membaca dalam pendidikan mahasiswa serta upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan fondasi ilmu yang kuat bagi perkembangan intelektual mereka.
Mahasiswa merupakan insan yang lekat dengan kegiatan pembelajaran. Sebagai mahasiswa, membaca merupakan kewajiban sekaligus salah satu cara terbaik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Lalu, bagaimana jika membaca ternyata belum begitu diminati oleh mahasiswa? Bagaimana kita bisa secara efektif mendorong mahasiswa untuk merawat dan meningkatkan keinginan membaca agar dapat membentuk dasar yang kokoh dalam pengembangan intelektual mereka?
Diambil dari data penelitian minat baca mahasiswa di Universitas Negeri Padang tahun 2020, hanya sebanyak 50,97% mahasiswa yang memiliki minat baca. Angka tersebut dapat dikatakan sebagai pencapaian dengan kriteria kurang. Dari data tersebut, sebesar 50% mahasiswa hanya menghabiskan waktu 0—5 jam untuk membaca. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa kurang lebih separuh mahasiswa yang ada belum memiliki minat membaca yang baik.
Pertama, kita perlu tau mengapa para mahasiswa tidak memiliki minat membaca. Penyebab tersebut bisa datang dari diri mahasiswa tersebut maupun faktor eksternal lainnya. Membaca memang bukan kegiatan yang mudah. Mahasiswa perlu memiliki ketertarikan, rasa ingin tahu, keseriusan, dan ketelitian dalam membaca sehingga kegiatan ini bisa dinikmati dan memberi manfaat bagi mereka.
Dalam beberapa kesempatan, kegiatan membaca kerap dianggap membosankan bagi sebagian mahasiswa. Hal itu menunjukan bahwa beberapa mahasiswa masih memiliki kesadaran yang rendah tentang pentingnya membaca. Selain itu, beberapa mahasiswa mungkin kurang termotivasi untuk membaca karena mereka tidak melihat relevansi atau manfaat yang jelas dari kegiatan membaca dalam konteks akademik atau kehidupan sehari-hari. Kurangnya motivasi ini membuat kegiatan membaca tampak kurang menyenangkan bagi mahasiswa. Di samping itu, terdapat pula faktor eksternal yang menggeser minat mahasiswa dari membaca, seperti dominasi media sosial dan hiburan digital yang merajalela. Adanya tekanan akademik yang tinggi juga membuat mahasiswa kehilangan kesempatan untuk membaca di luar kurikulum mereka. Ketika tekanan itu mulai membuat mereka kelelahan, mahasiswa justru memilih untuk memprioritaskan hiburan di sela waktu tersebut dengan berselancar di media sosial.
Keinginan membaca yang baik mungkin sudah dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa. Lalu, apa yang menjadi masalah sehingga kegiatan membaca masih belum bisa ditekuni oleh mahasiswa? Saat ini, mahasiswa mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses bahan bacaan yang relevan dan menarik bagi mereka, baik karena faktor finansial maupun keterbatasan akses ke perpustakaan atau toko buku. Banyak bacaan yang tampaknya dijual dengan harga yang kurang terjangkau untuk dibeli mahasiswa. Esai dan jurnal di beberapa website juga memerlukan akses yang rumit sehingga mahasiswa kesulitan untuk memenuhi keinginan membaca mereka.
Kedua, rendahnya keinginan membaca ini pasti menimbulkan dampak bagi mahasiswa itu sendiri. Beberapa di antaranya berakibat pada pribadi dan akademik mahasiswa tersebut. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan pengetahuan mahasiswa yang mungkin memiliki keterbatasan dalam pemahaman dan pengetahuan karena mereka tidak terpapar pada berbagai informasi dan ide yang dapat ditemukan melalui membaca. Di samping itu, membaca secara teratur membantu melatih keterampilan berpikir kritis, analitis, dan evaluatif. Rendahnya keinginan membaca dapat mengakibatkan kekurangan dalam pengembangan keterampilan tersebut. Membaca bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga memperkuat kemampuan bahasa, pemahaman konsep, dan analisis. Rendahnya minat membaca juga dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa secara keseluruhan.
Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki dan merawat keinginan membaca ini? Penting untuk mendorong mahasiswa agar membentuk kebiasaan membaca secara teratur. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan waktu khusus untuk membaca setiap hari atau minggu, baik itu sebelum tidur, di antara jadwal kuliah, atau saat istirahat. Ada baiknya pula perguruan tinggi dapat mengkurasi koleksi buku dan materi bacaan yang menarik dan relevan dengan minat mahasiswa. Memilih buku-buku yang sesuai dengan berbagai minat dan kebutuhan mahasiswa dapat memotivasi mereka untuk membaca lebih banyak. Di luar kegiatan akademik, keinginan membaca juga dapat dikembangkan dengan mengadakan diskusi buku, klub baca, atau forum literasi yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berbagi pendapat, pemikiran, dan pengalaman mereka terkait dengan bacaan yang mereka nikmati. Diskusi semacam ini dapat meningkatkan minat membaca serta memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dibaca.
Ketiga, pentingnya minat membaca ini tidak hanya berputar di kegiatan akademik maupun pembelajaran, melainkan juga pada kepentingan umum lainnya. Akhir-akhir ini, ditemukan kesalahpahaman isu umum karena kurangnya kualitas membaca yang baik. Hal ini berkaitan dengan kasus korupsi tambang timah yang sedang ramai dibahas oleh masyarakat. Dilansir dari kompas, angka 271 triliun rupiah tersebut merupakan perkiraan jumlah kerugian yang dialami negara karena adanya korupsi tersebut. Namun, isu yang beredar di masyarakat menganggap bahwa jumlah tersebut merupakan banyaknya uang yang dihasilkan dari korupsi dan diterima oleh para koruptor. Hal miris ini membuktikan bahwa rendahnya kualitas membaca menimbulkan kesalahan informasi yang cukup fatal. Di antara banyaknya mahasiswa yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi, masih ada dari mereka yang hanya mempercayai asumsi umum mengenai isu tersebut dan tidak mencari bacaan yang faktual untuk mencerna informasi yang didapatkan.
Seorang ahli pendidikan Indonesia, Dr. Fatimah Hasan mengatakan, “Tingkat literasi yang tinggi memainkan peran krusial dalam meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kemampuan literasi yang baik akan mampu memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi informasi dengan kritis. Literasi bukan hanya keterampilan, tetapi juga pondasi untuk pengembangan intelektual dan kemampuan berpikir yang mendalam.” Sekali lagi, membaca merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan pribadi maupun akademik. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang akan menempati segala aspek di kehidupan dewasa, perlu adanya tindakan tegas mengenai minat dan kualitas literasi. Marilah meningkatkan minat baca dan berkembang melalui kualitas membaca yang baik.
Editor : Sabina Lintang