Bengkel Sastra Universitas Sanata Dharma (USD) menggelar Mantra Malam Malam Vol III pada Sabtu, 18 Mei 2024, di Ground Gedung Sastra USD. Meskipun pelaksanaannya sempat ditunda dari tanggal yang semula ditentukan (27 April 2024) karena kendala teknis, acara ini sukses menggelar panggung ekspresi sastra. Tidak seperti Mantra Mantra Malam yang sebelumnya, acara kali ini menyertakan pameran karya oleh Bengkel Sastra.
Acara dimulai pada pukul 18.00 WIB dan diisi dengan bermacam penampilan, antara lain penampilan musik oleh El dan Rio, pembacaan puisi “Ibu” karya Chairil Anwar oleh Rio, pembacaan puisi “Sengsara” oleh Bobi, serta pembacaan puisi “Nyanyian Angsa” karya WS Rendra oleh Febri. Prancis, selaku pewara (MC), juga memberikan kesempatan bagi penonton yang ingin tampil secara spontan dan mengisi panggung terbuka ekspresi sastra. Di sisi kanan dan kiri menuju panggung, terdapat pameran digital art dan sudut ekspresi yang membebaskan siapa pun untuk menulis atau menggambar di sana. Pada akhir acara, Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia yang menghadiri acara ini, Ibu Susilawati Endah Peni Adji, M.Hum., juga ikut membawakan penampilan.
Raihan, Ketua Bengkel Sastra, mengungkapkan bahwa Mantra Malam Malam Vol III merupakan wadah bagi teman-teman Bengkel Sastra yang ingin melatih keberanian mereka dalam berekspresi sastra.
“Jadi kita lebih ke ngelatih mental mereka untuk tampil, walaupun dengan orang-orang terdekat dulu,” ucap Raihan.
Raihan berharap Mantra Malam Malam, yang telah sukses digelar sebanyak tiga kali, dapat menjadi latihan rutin yang membantu teman-teman Bengkel Sastra mempersiapkan penampilan untuk acara puncak pada bulan September 2024. Ke depannya, Mantra Malam Malam akan berlangsung rutin kira-kira satu bulan sekali.
“Kita ada acara yang membangun kita proses dari kecil-kecil, pasti ada puncaknya. Nah, puncaknya itu di semester depan,” tuturnya.
Ibu Susilawati Endah Peni Adji, M.Hum.memberikan tanggapan mengenai teman-teman mahasiswa yang mengadakan panggung ekspresi sastra. Menurutnya, kegiatan seperti ini harus menjadi ciri khas Fakultas Sastra. Meskipun dengan konsep yang sederhana, Ibu Peni merasa acara semacam ini perlu dipupuk supaya semakin besar.
“Kegiatan ekspresi sastra itu harus menjadi ciri khas Fakultas Sastra dan, meskipun ini masih kecil, tetapi ini adalah embrio yang perlu dipupuk biar makin lama makin besar dan melibatkan banyak mahasiswa, baik Sastra Indonesia sendiri dan juga Fakultas Sastra secara umum, bahkan komunitas-komunitas lain di luar Sanata Dharma,” ungkapnya.
Editor: Laetitia Sugestian