Hampa, ya?
Tanyamu tertatih
Sekedar berpandangan
Ingin teriak
Sayangnya tertahan
Suara itu berhenti di leher
Tersekat dan terikat
Lalu apa makna bahagia?
Mengapa tumbuh ragu?
Siapa yang layak pegang kendali?
Suara itu
Suara-suara yang hinggap di kepala itu
Mengikat aksara di dada
Tertahan tanpa mulut bersuara
Aku terperosok, katanya
Akhirnya ia bersuara
Jalan depan mata ramai
Lalu bagaimana melewatinya?
Mengapa tak ada pilihan lainnya?
Bagaimana? Aku harus bagaimana?
Kerikil ini sungguh tak berguna
Mengganggu jalan para pengendara
Berjalan meringis tiap melewatinya
Tak itu saja
Jalan berkelok dan jurang di segala ruas
Suara sesenggukan hadir di tengah kita
Maaf jalan terlalu berat, katanya