MEREKA PULANG?

Kala itu, pikiranku tersendat ketika mengerjakan tugas sekolah. Aku berniat menghampiri rumah saudaraku untuk mendapatkan sedikit pencerahan mengenai tugas tersebut. Tidak perlu bepergian jauh atau repot berkendara untuk ke tempat tinggal saudaraku. Aku hanya perlu berjalan menuju bagian lain dari rumah ini. Iya, aku tinggal berdampingan dengan keluargaku yang lain. 

Menurutku, rumah ini unik dan bagus. Namun, entah kenapa, beberapa orang justru menganggap rumahku cukup seram. Rumah ini memiliki nuansa rumah pada zaman Belanda. Ada lorong di tengah rumah, dihiasi dengan lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang dinding yang semakin memperkuat kesan kuno dan misterius. Interiornya pun sepertinya sudah berusia tua karena desainnya yang terlihat lebih jadul.

Aku sampai di tempat saudaraku sekitar pukul 19.00. Aku melihat TV sedang menayangkan tontonan bola. Tak jauh dari tempatku berdiri, kudengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi. Aku tidak menghiraukan hal tersebut karena aku pikir itu adalah kelakuan saudaraku. Aku langsung menuju kamar budeku yang tak jauh dari situ. Aku mengetuk pintu kamar bude yang tertutup sembari memanggilnya. Tidak ada jawaban dari dalam kamar bude. Lalu, aku mengingat kebiasaan bude yang selalu mandi malam. Aku mengambil kesimpulan jika yang sedang mandi tadi adalah budeku. 

Aku kembali ke ruangan dekat TV dan kamar mandi untuk memanggil budeku sekali lagi. Aneh, tetap tidak ada jawaban dari dalam kamarnya. Aku memutuskan untuk keluar melihat parkiran rumah. Motor juga tidak ada yang terparkir saat itu. Aku berpikir lagi dan mengambil kesimpulan, budeku sedang mandi lalu saudaraku sempat menonton TV, tetapi ia lupa mematikannya saat mengantar mbak ke dokter untuk kontrol sehabis kecelakaan.

Karena aku sudah menyimpulkan kejadian itu, aku memutuskan untuk kembali ke rumahku. Namun, persis sebelum aku meninggalkan ruangan itu, kudengar suara pintu kamar mandi terbuka. Aku terdiam dan berniat untuk memanggil bude lagi. Saat aku kembali melihat pintu kamar mandi, aku tercengang dan tak berkutik saat itu juga. Tidak ada siapa pun yang keluar dari situ. Kulihat lantai kamar mandi masih sangat kering seolah tak ada orang yang sedang mandi sedari tadi. Aku menghalau semua pikiran anehku dan memutuskan untuk kembali ke rumah.

Berbekal rasa penasaran, aku lalu mendekati mamaku dan menceritakan perkara kejadian yang baru saja aku alami. Jawaban dari mamaku sama seperti dugaanku, “ Mungkin hanya perasaanmu saja”. Aku berusaha melupakan kejadian tersebut dan memutuskan untuk beristirahat. Lebih baik kupastikan kejadian ini kepada saudaraku besok.

Keesokan harinya, kuhubungi saudaraku melalui chat. Aku bertanya, apakah semalam semua orang di rumahnya pergi atau ada yang tetap tinggal di rumah. Ia menjawab bahwa bude ikut menemani mbak ke dokter dan tidak ada siapa pun di rumah. Aku sangat bingung dan mengingat kembali dengan jelas kejadian tadi malam. Lalu siapa yang semalam mandi dan menonton TV?

Tiba-tiba aku mendapat perasaan lain selain takut, yaitu haru. Aku baru ingat bahwa beberapa hari lalu adalah peringatan 3 tahun atau 1000 hari eyang dan pakdeku. Eyangku meninggal di kamar mandi karena sakit dan pakdeku meninggal saat ingin pergi menonton bola. Dua kejadian semalam sangat berhubungan dengan bagaimana situasi dan kondisi sewaktu mereka meninggal. Aku tidak menyangka bahwa mereka berdua akan “kembali” malam itu. Barangkali mereka sedang rindu nuansa rumah.

Cerita dari: Anonim

Editor : Sabina Lintang Kemala

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *