Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) menyita perhatian para masyarakat Indonesia di pertengahan tahun 2024. Film Thailand yang disutradarai oleh Pat Boonnitipat, kerap disapa sebagai Khun Pat, mendapat respon yang positif dan apresiasi dari khalayak karena menayangkan kisah haru hubungan dalam suatu keluarga.
Sebagai sesama penduduk negara Asia Tenggara, sebagian besar kejadian atau suasana yang ada di film ini sangat relevan dengan kondisi keluarga masyarakat Indonesia. Beberapa adegan yang membuat terenyuh adalah bagaimana jika: pernah terjadi pada kita, sedang terjadi pada kita, dan akan terjadi pada kita. Jika melihat situasi-situasi zaman sekarang, mulai banyak orang yang sulit meluangkan waktu untuk keluarga sendiri dan memilih bekerja atau fokus pada keluarga kecilnya.
Bercerita mengenai M (Putthipong Assaratanakul) yang memilih menjadi streamer game online di rumah dibandingkan bersekolah. Suatu hari ia berkunjung ke rumah sepupunya bernama Mui (Tontawan Tantivejakul) dan memperhatikan Mui yang telaten merawat kakeknya yang sudah terbaring sakit. M heran mengapa Mui sabar untuk merawat kakeknya yang harus diperhatikan setiap jam.
Singkat cerita, kakek Mui meninggal dan Mui mendapatkan warisan yang bernilai besar. Dari kejadian tersebut, M memunculkan prinsip “Apa yang Kita Tanam, Itulah yang Kita Tuai”. Bertepatan dengan neneknya atau Amah (Usha Seamkhum) yang baru saja di diagnosis kanker oleh dokter, ia memutuskan untuk tinggal dengan neneknya. Mui berpesan kepada M agar tulus dalam menjaga Amah tanpa memikirkan yang sebenarnya dicari.
Dengan menjalani hidup bersama Amah selama beberapa minggu, membuat keseharian dan prinsip M yang sebelumnya berubah. Ia mulai merasakan kedekatannya dengan Amah pada saat mengantarkan ke rumah sakit untuk kemoterapi, berjualan congee (bubur khas Hongkong) bersama, jalan-jalan, dan beberapa hal lainnya. Hingga saat dimana M lupa jika dirinya pernah melakukan kesalahan dan Amah mengetahui kesalahan tersebut secara tidak terduga. Namun, Amah dengan tegar menyembunyikan kesedihannya dengan lebih banyak bercerita memori masa lalu di rumah itu.
Suatu ketika, surat warisan dikeluarkan dan ditentukan bahwa warisan paling besar diberikan kepada salah satu anak Amah/om M bernama Soei. Perasaan M bercampur aduk serta jengkel dengan Amah yang mewariskan hartanya kepada salah satu anak yang lebih sering menyalahgunakan uang Amah daripada merawat atau menjenguknya.
Kejadian tersebut membuat M kembali ke rumahnya dan meninggalkan Amah sendirian. Tetapi, keseharian M menjadi lebih datar dan merasa hampa. Di waktu yang bersamaan, kondisi Amah mulai menurun dari sebelumnya. M mengetahui kondisi Amah dari Soei dan memutuskan menjemput Amah untuk tinggal bersamanya dan ibunya, Chew.
Baca juga: La La Land: Menari di Atas Cinta dan Cita
Berselang lama, Amah hanya bisa terbaring lemas di kasur dan memasuki perayaan Imlek. Kiang, anak pertama Amah, beserta keluarga kecilnya mengunjungi rumah M dan Chew. Kiang sempat malu untuk bertemu Amah karena sikapnya yang cuek dan berego tinggi pada beberapa waktu lalu. Namun, istrinya meyakinkan Kiang untuk bertemu Amah sebelum terlambat dan menyesal.
M baru mengetahui jika uang yang selalu disetor Amah ke bank adalah tabungan atas nama dirinya. Amah tidak pernah lupa untuk memasukkan uang ke tabungan tersebut hingga berhasil terkumpul satu juta (dalam mata uang Thailand). M menutup rekening tersebut dan menarik semua uang untuk membelikan Amah sebuah rumah masa depan. Rasa sayang Amah terbalaskan dengan M yang selalu mengingat perkataan Amah dan memakai barang pemberian Amah.
Humor ditengah kesedihan
Produksi film atau serial dari negeri Thailand tidak lepas dengan adanya humor yang terselip di tengahnya. Unsur humor yang diselipkan pada beberapa adegan, membuat kita menangis haru sembari tertawa, seperti ketika M memberikan filter kepala botak di HP ke Amah saat sedang melakukan kemoterapi dan berkata itu adalah potret Amah kemudian hari. Saat itu rambut Amah sudah mulai rontok dan M membereskan rambut Amah. Hal tersebut dicoba kembali oleh Amah sendirian tetapi dengan filter yang berbeda setelah rambutnya sudah habis.
Tidak hanya dari adegan dalam film yang menjadi unsur humor, judul dari film ini pun juga menjadi candaan di tengah masyarakat Indonesia. Karena judul yang panjang, masyarakat Indonesia menyebutkan judul ini sesuai dengan ingatan atau kepercayaan masing-masing, seperti how to train your grandma, how to make millions grandma, how to make grandma dies, dan masih banyak judul buatan lainnya.
Film debut yang sukses
Film How to Make Millions Before Grandma Dies menjadi pengalaman pertama Khun Pat menjadi sutradara suatu film. Sebelumnya ia hanya mengambil projek serial-serial tv Thailand seperti Diary of Tooties the Series (2016), Project S the Series (2017), dan Bad Genius Series (2020). Meskipun film ini sudah bisa dikatakan sukses, Khun Pat merasa masih banyak belajar dan merasa ingin memperbaiki beberapa adegan.
Selain Khun Pat, Usha Seamkhum yang berperan sebagai Amah juga baru pertama kali terjun ke dunia akting film. Menurut Khun Pat, beliau memiliki akting yang alami dengan langsung masuk ke dalam karakter Amah. Sebelumnya beliau tidak memiliki teori dalam berakting dan tidak terlalu memperdulikan bagaimana harus berakting dan hasilnya. Meskipun begitu, Usha Seamkhum berhasil membawakan karakter Amah dengan sangat baik.Chemistry yang di bangun antara Usha Seamkhum dengan Putthipong Assaratanakul (Billkin) sangat cocok. Khun Pat merasa Billkin mempunyai tekad dalam membangun karakter M untuk film ini dengan beberapa cara yang mereka lakukan, seperti melakukan workshop bersama, membagikan cerita sehari-hari dengan gaya karakter M dan Amah, dan lainnya. Tidak hanya di lokasi syuting, kedekatan antara Billkin dengan Usha Seamkhum juga terlihat saat menghadiri promosi film di beberapa event.
Editor: Catharina Menur Sekar Putih