Film Pieces of A Woman: Ruang Duka Perempuan melawan stigma yang terjadi dalam hubungan rumah tangga. Martha Weiss (Vanessa Kirby) seorang istri yang berprofesi sebagai pekerja kantoran tengah menanti kelahiran anak pertamanya. Sayangnya, anaknya meninggal sesaat setelah dilahirkan. Tidak heran jika Vanessa Kirby memenangkan Volpi Cup untuk Best Actress. Film ini ditayangkan pada Festival Film Internasional Venesia ke-77 di kompetisi resmi pada 4 September 2020. Ditayangkan di beberapa bioskop 30 Desember dan di Netflix pada 7 Januari 2021.
Tiga puluh menit pertama adegan digambarkan proses persalinan terjadi. Adegan proses persalinan dikemas dengan teknik sinematografi one shot dan medium close up. Akting Vanessa Kirby saat proses persalinan terlihat sangat total. Perasaan sakit tergambar jelas di raut wajah dan mimiknya. Perasaan sakit saat melahirkan membuat saya merasa ngilu sekaligus sedih. Betapa butuh perjuangan dan kekuatan saat proses melahirkan. Sinematografer begitu pandai memainkan teknik kamera sehingga membuat saya bisa merasakan apa yang dirasakan Martha.
Kornel Mundruczo (Sutradara) sangat memperhatikan warna pada setiap karakter tokohnya. Dua puluh tiga hari pasca melahirkan Martha mengenakan coat berwarna merah di hari pertama kerjanya setelah cuti. Pemilihan warna merah pada coat yang dikenakan Martha seolah-olah menggambarkan sosok perempuan yang berani dan kuat. Martha berjalan dengan percaya diri dan acuh tak acuh saat rekan-rekan kerja memandangnya dengan tatapan aneh dan bergosip kecil. Perbedaan warna pakaian Martha dan rekan kerjanya yang kontras tergambar jelas bagaimana karakter Martha terlihat dari luar.
Baca juga: Menanti Keajaiban Buah Karya Angga Dwimas Sasongko
Martha Weiss menggambarkan tokoh perempuan tangguh dan sabar. Melahirkan dan kematian anaknya, tidak digambarkan Martha memanjakan kesedihannya. Justru sebaliknya Martha belajar menerima dan ikhlas. Hal ini terlihat jelas pada adegan-adegan Martha membutuhkan ruang sendiri untuk memulihkan hatinya. Martha memendam sedihnya tetapi tidak terpuruk. Berbeda dengan Sean (Shia Saide LaBeouf) suami Martha dan Elizabeth Weiss (Ellen Burstyn) Ibu Martha lebih memilih menuntut bidan ke meja hijau atas kesalahan proses persalinan.
Film ini mengkritik kultur yang biasa terjadi di hubungan rumah tangga. Seolah-olah tidak memiliki anak terkesan hal yang memalukan. Kerap terjadi di dunia nyata jika nyawa seseorang tidak selamat yang disalahkan adalah pihak medis. Hadirnya tokoh Martha menyimbolkan keikhlasan sekaligus keberanian melawan pemikiran orang-orang pada umumnya. Isu-isu feminis juga tergambar jelas di film ini. Adegan yang membuat saya salut dengan Martha adalah keberanian Martha membela Eva Woodward (Molly Parker) saat persidangan. Adegan ini seperti menyentil feminis yang begitu riuh saat ini perihal kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Martha menggambarkan perempuan yang ditinggal anaknya sekaligus suaminya untuk belajar menerima kenyataan, ikhlas, dan berani untuk mendukung sesama perempuan tanpa memandang status sosial dan lain sebagianya. Tidak hanya itu, kekerasan dalam rumah tangga juga tergambar saat Sean meminta hubungan badan dengan cara yang terkesan kasar. Tokoh Martha juga digambarkan tegar dalam menghadapi cobaan dari orang-orang disekitarnya.
Saya rasa dari film Pieces of A Woman: Ruang Duka Perempuan perlu adanya ruang duka untuk perempuan yang berjuang memulihkan lukanya dengan cara berani bersuara, menerima dan rehat dari keriuhan hal-hal yang membuat luka menganga kembali. Kurangnya film ini terletak tidak ada gambaran hubungan antara Martha dan ibunya. Hubungan Martha dan ibunya seolah-olah terasa jauh. Apakah Martha memiliki konflik batin dengan ibunya? Tidak tergambar jelas di film ini. Kurang mainnya hubungan komunikasi antara sepasang suami istri. Saya berharap sineas-sineas Indonesia juga bisa membuat film tipe seperti ini.