Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain rishi dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /home/katakars/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Arus Politik Kampus di Kalangan Mahasiswa - KataKarsa

Arus Politik Kampus di Kalangan Mahasiswa

Beberapa mahasiswa tidak menyadari bahwa politik tidak hanya tentang pemerintahan di Indonesia, tetapi politik juga ada dan terjadi dalam lingkup universitas.

Setiap tahun, mahasiswa perlu memilih pemimpin organisasi di tingkat program studi hingga universitas. Namun, dalam beberapa kasus, politik kampus tercemar oleh kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok tertentu.

Hal ini sering kali menjadi ajang perebutan kekuasaan oleh kelompok-kelompok kompetitif dengan berbagai macam visi-misi dan ideologinya. 

Mahasiswa dihadapkan pada opsi-opsi kelompok yang berpengaruh meskipun mereka belum memahami visi-misi dan ideologi kelompok tersebut. Sebagian mahasiswa juga mengkritisi kelompok-kelompok besar walaupun mereka tidak ingin berpartisipasi dalam organisasi. Peristiwa semacam ini membuat pertanyaan besar: Apakah mahasiswa yang mengkritisi tetapi tidak berpartisipasi dapat disebut apatis? 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apatis berarti acuh tak acuh; masa bodoh; tidak peduli. Oleh karena itu, mahasiswa yang mengkritisi tetapi tidak berpartisipasi tidak selalu bisa disebut apatis. Hal tersebut juga tergantung pada konteks dan alasan atas tidak berpartisipasinya.

Ada kemungkinan bahwa mahasiswa tersebut peduli dengan politik kampus, tetapi merasa lebih efektif jika melalui kritik dan analisis, serta cara lain yang tidak melibatkan tindakan langsung. 

Baca Juga : Melihat Karya Tanpa Aksi Nyata

Terlibat dalam politik kampus adalah sebuah privilege, tetapi tetap harus bijak dalam memilih dan berpartisipasi. Hal yang harus diketahui adalah politik kampus memiliki tujuan utama, yaitu menjadi alat untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa. Tujuan utama tersebut bisa saja hilang karena konflik internal dan permainan kekuasaan untuk mempertahankan eksistensi kelompok tertentu. 

Mahasiswa perlu mengingat hakikat politik kampus yang inklusif. Dengan kesadaran yang besar tentang integritas, transparansi, dan keadilan, mahasiswa akan menjadi pelaku perubahan dalam politik kampus, bukan hanya sebagai alat permainan kekuasaan. 

Politik kampus yang sehat akan membawa pengaruh positif bagi mahasiswa dan kemajuan perguruan tinggi secara inklusif. 

Editor : Denting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *