Penulis : Yeni Karlina
Sebutan yang kerap kali membuat perempuan tersipu malu dan terkesan adalah saat mendengar kata cantik. Perempuan selalu menyukai kata cantik untuk menambah kepercayaan diri. Namun bagaimana jika cantik malah menjadi petaka bagi perempuan? Akankah masih ada perempuan yang ingin disebut cantik dan menjadi cantik?
Sebuah novel terbitan tahun 2002 yang menceritakan bagaimana menderitanya menjadi perempuan cantik pada masa kolonial, Cantik itu Luka sebuah novel karya penulis hebat Eka Kurniawan. Dikenal dengan kelugasannya dalam menuliskan cerita Eka Kurniawan tidak pernah gagal membuat pembaca terkagum dengan karyanya. Novel Cantik itu Luka menjadi salah satu novel yang melambungkan nama Eka Kurniawan dalam dunia sastra, karena novel ini mendapat berbagai penghargaan, salah satunya Price Claus Award 2018.
Menceritakan tentang penindasan, penyiksaan, dan perbudakan pada perempuan yang mengambil latar masa kolonial. Diawali dengan munculnya tokoh Dewi Ayu seorang perempuan pribumi blasteran Belanda yang tinggal di sebuah kota Halimunda sebuah kota imajinasi Eka Kurniawan. Dewi Ayu tinggal bersama kakek dan neneknya, tetapi pada saat Jepang memasuki wilayah Halimunda mereka terpisah karena Dewi Ayu tidak mau ikut dengan kakek nenek nya yang menaiki kapal meninggalkan Halimunda.
Segala penderitaan dewi Ayu dimulai saat Jepang sudah menguasai Halimunda, ia ditahan Bersama dnegan gadis-gadis lainnya yang juga pribumi yang blasteran Belanda. Mereka dibawa ke markas Jepang dan tidak diberi tempat yang layak. Hidup berbulan-bulan sebagai tahanan membuat Dewi Ayu dan gadis lainnya sudah terbiasa untuk makan apa saja yang ada, seperti tikus, cicak, kecoa, dan nyamuk. Setelaj berbulan-bulan para gadis yang cantik menurut kreteria Jepang dipisahkan dan dibawa keluar menuju tempat lain menggunakan jeep tentara Jepang. Dewi Ayu hanya pasrah pada keadaan dan menguatkan diri dengan menganggap itu adalah liburan setelah berbulan-bulan makan kecoa dan tikus.
Perjalanan memakan waktu 3 jam menuju tempat baru mereka yang tidak tahu akan dijadikan apa nantinya. “Mungkin kita akan jadi pekerja paksa” ucap salah satu gadis di dalam jeep, lalu Dewi Ayu menyeletuk dengan tenang “itu lebih baik daripada menjadi pelacur” semua hanya tediam mendengarnya. Mereka tiba di depan sebuah rumah yang begitu megah bak kerajaan, semua orang terdiam seakan berada di dunia yang berbeda. Terlihat semua gadis itu termenung dengan pikiran masing-masing dan penuh pertanyaan. Mereka disambut dengan senyum manis seorang Wanita tua yang parasnya sangat menunjukkan dia orang Jawa. “Benar saja kita akan menjadi pelacur tentara Jepang” cetus Dewi Ayu, semua terdiam. Disinilah awal semua mimpi buruk dimulai, mereka dijadikan Wanita pemuas bagi tentara Jepang karena dianggap cantik oleh tentara Jepang.
Melihat sadisnya keadaan yang menimpa perempuan pada novel Cantik itu Luka membuat saya sebagai pembaca menyadari bahwa tidak selalu hal yang indah menjadi surga di dunia yang kejam ini. Namun tentu saja cantik tidak selalu petaka bagi kita yang hidup di lingkungan menghargai. Wajar saja jika novel ini mendapat berbagai penghargaan dan melambungkan nama penulis, karena mampu membuat pembaca merinding dan emosional melihat kejamnya dunia bagi perempuan.