Afterthought: Masa Lalu Menjadi Perbandingan Terbaik Sebagai Alat Refeleksi Diri

Merenung belakangan ini kerap terbalut dengan kesan negatif. Orang-orang terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum terjadi atau tidak ada. Mengandaikan semua itu akan terjadi. Pada akhirnya, merugikan diri sendiri yang berdampak pada kondisi pikiran diri. Hal ini dikenal  dengan istilah overthinking di kalangan anak muda. Memikirkan sesuatu yang belum terjadi atau tidak ada secara berlebihan.

Setiap manusia pernah mengalami dan berada pada kondisi tersebut, termasuk Zhingara Deja Tsanamerra Larevuétaure Lesliens De L’ āme, pelukis muda dari ISI. Pengalaman yang kurang menyenangkan itu ia gambarkan pada lukisan yang berjudul Afterthought. Lukisan ini sempat dipajang dalam pameran bertajuk Melamun di Tepian yang diselenggarakan pada 6 Mei – 14 Mei 2023 di Gedung Perpustakaan USD. 

Tsanamerra adalah pelukis muda berumur 21 tahun. Ia lahir dari pasangan suami istri yang sama-sama bergelut di bidang seni. Tak heran jika ia pandai dalam melukis. Kakak-kakak dan adik-adiknya pun mahir dalam berseni, khususnya bidang seni lukis. Latar belakang keluarganya yang berada di bidang seni tentunya mendorong pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seni yang mumpuni.

Zhingara Deja Tsanamerra Larevuétaure Lesliens De L’ āme, pelukis muda dari ISI.

“Memang panjang (nama lengkap dari Tsanamerra) karena orang tuaku tuh keduanya seniman. Jadi, kayak, nama-nama anaknya itu dibikin panjang dan unik, gitu,” ujar Tsanamerra.

Ia juga menambahkan, “Mereka semua (kakak-kakak dan adik-adik dari Tsanamerra) kebanyakan berada di bidang seni.”

Setelah akhirnya ia melanjutkan pendidikannya di ISI, ia tidak hanya sekedar pandai dalam melukis, tetapi juga paham bahwa makna dalam lukisan merupakan hal yang krusial. Dari yang ia pelajari, setiap goresan yang ditoreh oleh seorang pelukis pada media lukis harus selalu memiliki makna.

“Sejak masuk perkuliahan aku jadi paham kalau itu tuh, di setiap goresan, warna, pemilihan objek itu tuh ada sismbolisasinya, ada maknanya dari latar belakang setiap seniman dan itu menginspirasiku di karyaku juga,” ujarnya.

Hal ini ia terapkan dalam setiap karya lukisnya, termasuk Afterthought. Pada pameran bertajuk Melamun di Tepian, Tsanamerra membagikan pengalamannya tentang merenung. Semua pengalaman dan perasaan itu ia lukis menggunakan kelihaian tangannya dan kehangatan hatinya. Keduanya saling melengkapi sehingga menciptakan sebuah karya yang penuh dengan arti dan pesan.

Dalam Afterthought, Tsanamerra berbagi pengalamannya tentang refleksi diri. Pengalaman overthinking Tsanamerra tentang membandingkan diri ini, ingin ia bagikan pada banyak orang. Ia ingin menyampaikan bahwa kegiatan tersebut hanya membuang-buang energi dan waktu. Dua hal tersebut bahkan lebih berharga dari pada membandingkan diri yang membuat kepercayaan diri menjadi rendah.

“Aku membahas tentang, stop membanding-bandingkan aku dengan orang lain,” ujarnya.

“Karena menurutku tuh bandingin dirimu dengan orang lain itu buang-buang energi dan waktumu. Bikin sakit pikiran. Jadi, kayak… mending menjadi lebih baik dari dirimu yang sebelumnya. Itu maksudnya (dari) perenungan (Afterthought) di karyaku itu,” lanjutnya.

“Perempuan itu sendiri kan… saya sendiri. Kayak, potrait diri,” jelasnya.

Dari sana dapat dilihat bahwa sebagai pelukis, Tsanamera ingin semua penikmat lukisannya dapat keluar dari pikiran buruk  tersebut. Terlihat ada sebuah harapan agar orang-orang dapat berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tsanamerra juga menambahkan bahwa sebagai manusia, membandingkan diri yang boleh dilakukan adalah membandingkan diri (saat ini) dengan diri sendiri (dimasa lalu) sehingga dapat membentuk diri yang lebih baik lagi di masa depan.  “Di hidup ini tuh jangan fokus ke banding-bandingin aku dengan orang lain, tetapi bandingin kamu dan dirimu yang sebelumnya,” ungkap Tsanamerra.

Editor : Catharina Menur Sekar Putih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *